Penyesuaian Diri Remaja
Disusun untuk memenuhi tugas Perkembangan
Peserta Didik
Dosen Pengampu :
Rahmat Djatun, M.Pd.
Disusun oleh :
Dewi Prayekti 13120402
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat
padawaktunya yang berjudul “Penyesuaian Diri Remaja”
.
Diharapkan
makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang apa saja permasalahan-permasalahan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi proses penyesuaian
remaja.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir . Semoga Allah SWT meridhai
segala usaha kita. Amin.
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR……………..…………………..……………..………... i
DAFTAR ISI…………………………..………………………………….……. ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………..……………..…….. 1
A. Latar
Belakang ……………………………..………………….…….….
1
B. Rumusan
Masalah…………………………..……………………….……………..
1
C. Tujuan
………………………..…………………………..………….
… 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………….…………..….. 2
A. Pengertian
penyesuaian diri……………………………………..………
2
B. Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses penyesuaian diri……...…….
2
a. Faktor
internal………………………………………..………..……..
2
b. Faktor
eksternal……………………………………..………..………
3
C. Permasalahan-permasalahan
penyesuaian diri remaja…………………....
5
D. Karakteristik-karakteristik
penyesuaian diri remaja…….……...…...…... 8
E. Masalah-masalah
yang timbul dalamn penyesuaian diri disekolah…..… 10
BAB III PENUTUP…………………………………………….……………..… 13
A. KESIMPULAN…………………………………….……………………
13
B. SARAN
…………………………...……………...…………………..…
13
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………….……..14
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi fisik, mental dan emosional seseorang dipengaruhi dan
diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang
proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan
organisme yang aktif dengan tujuan dan aktifitas yang berkesinambungan untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya.. Untuk lebih jelasnya marilah kita
tinjau secara lebih rinci pengertian dan proses penyesuaian diri, karakteristik
dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta
permasalahan-permasalahan yang timbul pada proses penyesuaian diri remaja.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian
penyesuaian diri remaja?
2.
dan saja
faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri bagi peserta didik?
3.
Apa sajakah Permasalahan-permasalahan
penyesuaian diri remaja?
4.
Apa sajakah
karakteristik-karakteristik penyesuaian diri remaja?
5.
Apa sajakah masalah-masalah
yang timbul dalam penyesuaian diri disekolah?
C.
Tujuan
Dalam
penulisan makalah ini , memiliki tujuan :
1.
Untuk mengetahui
pengertian penyesuaian diri remaja
2.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
proses penyesuaian diri
3.
Untuk mengetahui
apa sajakah Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri remaja
4.
Untuk mengetahui
apa sajakah karakteristik-karakteristik penyesuaian diri remaja
5.
Untuk mengetahui
apa sajakah masalah-masalah yang timbul dalam penyesuaian diri disekolah
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian proses penyesuaian diri
Penyesuaian diri dapat diartikan atau
dideskripsikan sebagai berikut :
- Penyesuaian berarti adaptasi: dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa “survive” dan memperbolehkan kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan.
- Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip..
- Penyesuaian dapat diartikan penguasa dan kematangan emosional yang tepat pada setiap situasi.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk
mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkunganya.
B.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Proses Penyesuaian Diri
Pada dasarnya
proses penyesuaian diri individu umumnya dan remaja khususnya dipengaruhi oleh
internal dan eksternal.
1.
Faktor-faktor
Internal
a. Motif-motif
sosial
Motif-motif
sosial seperti motif berafiliasi (bergabung dengan kelompok).motif berprestasi
dan motivasi melakukan dominasi merupakan motif-motif yang potensial dalam
mendorong individu untuk bekerja sama dengan orang lain dan kengaktualisasikan
kemampuan. Ketiga jenis motif
tersebut, terutama
motif berafiliasi berpengaruh
terhadap penyesuaian diri.
Menurut
Atkinson (1958),orang yang mempunyai motif berafiliasi yang tinggi mempunyai
dorongan untuk membuah hubungan dengan orang lain karena ada keinginan
untuk di sukai dan untuk di terima
dan
akan selalu berusaha supaya hubungan tersebut tetap ada.
b. Konsep diri
Konsep diri adalah bagaimana cara
seseorang memandang terhadap dirinya sendiri, baik itu mencakup aspek
fisik, psikologis, sosial maupun aspek kepribadian
yang lain. Seseorang
remaja mempunyai konsep diri yang tinggi lebih mempunyai kemampuan untuk
melakukan penyesuaian diri yang positif dari pada mereka yang mempunyai konsep
diri rendah.
c. Persepsi
Persepsi
adalah pengamatan dan penilaian seseorang terhadap objek peristiwa dan realitas
kehidupan, baik
itu melalui proses kognisi atau afeksi untuk membentuk konsep tersebut. Persepsi yang sehat
mempengaruhi pengolahan pengalaman dan belajar dalam kehidupan secara
terus-menerus, meningkatkan
keaktifan, kedinamisan
dan kesadaran terhadap lingkungannya.
Bila remaja memiliki dasar-dasar persepsi yang sehat maka akan mengaktifkan
proses sosialnya.
d. Sikap
remaja
Sikap
disini berarti kecenderungan untuk bereaksi kearah hal-hal yang positif atau
negatif. Remaja yang bersikap
positif terhadap sesuatu hal,akan memiliki dasar penyesuaian diri yang baik
dibanding dengan mereka yang bersikap negatif atau suka menyangkal tatana yang
sudah mapan.
e. Inteligensi
dan minat
Inteligensi
merupakan modal untuk melakukan aktivitas menalar, menganalisis dan
menyimpulkan berdasar argumentasi yang
objektif-rasional sehingga
dapat menjadi dasar dalam menyesuaikan diri.
Didukung dengan faktor minat maka proses penyesuaian diri akan berlangsung
lebih efektif.
f. Kepribadian
Faktor
kepribadian disini mengacu pada tipe-tipe kepribadian remaja.tipe kepribadian
ekstrovert akan lebih mudah dinamis,
lebih
mudah menyesuaikan diri dibandingkan dengan tipe kepribadian introvert yang
kaku dan statis. Pribadi
yang “well balance” akan lebih mudah menerima dan diterima dalam lingkungan
tertentu di bandingkan pribadi yang des equilibrium” yang cenderung sulit mengerti dan di
mengerti. Sehingga
orang-orang dengan kepribadian yang terakhir disebut itu banyak mengalami
hambatan dalam melakukan penyesuaian pribadi.
2.
Faktor-faktor
Eksternal
a. Keluarga
dan pola asuh
Pada
dasarnya, pola
asuh demokratis dengan suasana keluarga yang diliputi keterbukaan lebih
memberikan peluang bagi remaja untuk melakukan proses penyesuaian diri secara
efektif di bandingkan dengan pola asuh keluarga yang otoriter maupun pola asuh
yang penuh kebebasan. Demikian
juga keluarga yang sehat utuh akan lebih memberi pengaruh positif penyesuaian
diri remaja di bandingkan keluarga yang retak.
b. Kondisi
sekolah
Kondisi
sekolah yang sehat dimana remaja merasa betah dan bangga terhadap
sekolahnya memberikan dasar bagi remaja untuk berperilaku menyesuaikan diri
secara harmonisdi masyarakat. Sebaliknya, kondisi sekolah yang kurang
sehat dimana remaja mereka tidak betah, kurang menyukai guru-gurunya sering terjadi
pelanggaran hukum, perkelahian
dan sebagainya maka akan berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri siswanya.
c. Kelompok
sebaya
Hampir
setiap remaja memiliki teman-teman n-kegiatsebaya dalam bentuk kelompok. Kelompok-kelompok teman
sebaya ini ada yang dinilai menguntungkan bagi perkembangan diri remaja tapi sebaliknya ada
yang justru menghambat. Kelompok
akan menguntungkan apabila kegiatan-kegiatan bersama terarah, terprogram dan dapat
dipertanggung jawabkan secara psikologis,sosial dan moral. Sebaliknya apabila
kelompok sebaya yang terbentuk tidak berkepastian dalam tujuan, cenderung mengacau, membuat gaduh melakukan berbagai
pelanggaran yang merugikan masyarakat maka jelas akan menghambat proses-proses
penyesuaian diri remaja yang ada di dalamnya.
d. Prasangka
normal
Prasangka
sosial yang di maksud dalam hal ini adalah adanya kecenderungan sebagian
masyarakat kita yang menaruh prasangka terhadap kehidupan para remaja. Sebagai contoh adalah
dengan kecenderungan memberi label kepada si remaja sebagai sukar
diatur,pemberontak,generasi santai,semau gue,dekadensi moral dan sebagainya. Prasangka sosial semacam
itu tidak saja menjadi faktor kendala penyesuaian diri remaja tetapi justru akan
memperdalam jurang kesenjangan bahkan merupakan sumber frustasi dan konflik
bagi remaja.
e. Faktor
hukum dan norma sosial
Hukum
dan norma sosial yang di maksud disini adalah pelaksanaan tegaknya hukum dan
norma-norma dalam masyarakat.apabila dalam suatu masyarakat hukum dan norma-norma
sosialternyata hanya”slogan” artinya tidak di tegakkan sebagaimana
mestinya,maka bukan tidak mungkin akan memunculkan individu-individu yang salah
suai.sebaliknya,apabila suatu masyarakat benar-benar konsekuen menegakkan hukum
dan norma-norma yang berlaku
niscaya
memberi iklim bagi timbulnya well-adjuted.
B.
Permasalahan-permasalahan
Penyesuaian
Diri Remaja
Diantara persoalan terpenting yang
dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang menghambat penyesuaian
diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua.
Tingkat penyesuaian diri dan
pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua dan suasana
psikologis dan sosial dalam keluarga.contoh sikap orang tua yang
menolak.penolakan orang tua terhadap anaknya dapat dibagi menjadi dua
macam.pertama, penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal,dimana
orang tuamerasa tidak sayang kepada anaknya karena berbagai sebab,mereka tidak
menghendaki kelahirannya.
Menurut
Boldwyn yang dikutip oleh Zakiah Darajat (1983) : “bapak yang menolak anaknya
berusaha menundukkan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,karena itu ia
mengambil ukuran kekerasan ,kekejaman tanpa alasan nyata. ” Jenis kedua dari
penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak.contoh:orang tua memberi tugas kepada anaknya berbarengan dengan rencana
untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya.
Hasil dari kedua macam penolakan
tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri,cenderung untuk
menghabiskan waktunya diluar rumah.terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah diluar
rumah tangganya sendiri akan lebih baik dari pada rumahnya sendiri.disamping
itu sikap orang tua yang memberikan perlindungan yang berlebihan akibatnya juga
tidak baik.remaja yang mendapatkan pemeliharaan yang berlebihan kepadanya, menyebabkan ia juga
mengharapkan bantuan dan perhatian dari orang lain dan ia berusaha menarik
perhatian mereka serta
menyangka bahwaperhatian seperti itu adalah haknya.
Sikap orang tua yang otoriter, yaitu memaksakan
kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan menghambat proses penyesuaian
diri remaja.biasanya remaja berusaha untuk menentang kekuasaan orang tua dan
pada gilirannya ia akan cenderung otoriter teman-temannya dan cenderung
menentang otoritas yang ada baik disekolah maupun di masyarakat.
Permasalahan-permasalahan
penyesuaian diri yang di hadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis
keluarga seperti keretakan keluarga.banyak penelitian membuktikan bahwa remaja
yang hidup di dalam rumah tangga yang”retak”, mengalami masalah emosi,tampak
padanya ada kecenderungan yang besar untuk marah,suka menyendiri,di samping
kurang kepekaan terhadap penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta
lebih gelisah dibandingkan dengan remaja yang hidup didalam rumah tangga yang
wajar.terbukti pula bahwa kebanyakan anak-anak yang di keluarkan dari sekolah
karena tidak dapat menyesuaikan diri adalah mereka yang datang dari rumah
tangga yang pecah/retak itu.
Perbedaan perlakuan antara laki-laki
dan perempuan timbulnya rasa iri dalam jiwa anak perempuan terhadap saudaranya
yang laki-laki.permasalahan-permasalahan penyesuaian akan muncul bagi remaja
yang sering pindah tempat tinggal.remaja yang keluarganya sering pindah,ia
terpaksa akademis,bahkan mungkin ia akan sangat tertinggal dalam
pelajaran,karena guru berbeda-beda dalam cara mengajarnya,demikian pula mungkin
buku-buku pokok yang dipakainya tidak sama.disamping itu masalah teman
remaja,perpindahan ke tempat/masyarakat yang baru,berarti kehilangan teman lama
dan terpaksa mencari teman baru.banyak remaja yang mengalami kesulitan dalam
mencari/membentuk persahabatan dalam hubungan sosial yang baru.mungkin remaja
berhasil baik dalam hubungan disekolah yang lama,ketika pindah ke sekolah yang
baru ia menjadi tidak dikenal dan tidak ada yang memperhatikan.disini remaja
dituntut untuk dapat lebih mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat yang
baru,sehingga ia menjadi bagian dari masyarakat yang baru itu.
Penyesuaian diri remaja dengan
kehidupan disekolah.permasalahan penyesuaian diri di sekolah mungkin akan di
timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik disekolah lanjutan
pertama maupun sekolah lanjutan atas.
Hampir sebagian besar waktu dalam
kehidupan remaja dihabiskan di lingkungan sekolah.disamping untuk menuntut ilmu
pengetahuan, mereka
dituntut untuk terlibat dalam proses sosialisasi.proses sosialisasi ini anatara
lain berwujud dalam bentuk bergaul dengan sesama teman sekolah dengan para guru, staf administrasi dan
pihak-pihak lain. Keadaan
ini mau atau tidak mau menuntut proses penyesuaian
diri yang baik. Apabila tidak, berbagai konflik akan terjadi yang pada
gilirannya berakibat disharmonisasi hubungan sosial.
Disamping penyesuaian diri terhadap
lingkungan psikis, berkenaan dengan proses sosialisasi tersebut, remaja harus
pula menyesuaikan dengan lingkungan tidak fisik dan lingkungan kerokhanian di
sekolah. Remaja sebagai siswa atau peserta didik akan dihadapkan kepada kenyataan
bahwa disekolah itu ada norma dan peraturan yang harus dipatuhi. Ada
kesepakatan-kesepakatan sosial yang harus ia internalisasikan sebagai bentuk
konformitas terhadap lingkungan.
Tidak hanya ada waktu memasuki
jenjang Sekolah Menengah saja, siswa itu dituntut untuk melakukan penyesuaian
diri. Bahkan sejak pertama kali masuk sekolah, seorang siswa sudah dihadapkan
pada kenyataan bahwa antara kehidupan sekolah itu berbeda dengan kehidupan di
rumah. Kehidupan dirumah barangkali relatif sedikit dalam hal munculnya
hambatan-hambatan pemenuhan kebutuhan anak. Semua kebutuhan hampir bias
terpenuhi oleh kemudahan yang diberikan oleh anggota lainnya. Misalnya,
kebutuhan akan penghargaan, kasih sayang, kebutuhan fisik seperti : makan,
minum, pakaian, kebutuhan rasa aman, seringkali mudah tercukupi oleh kemurahan
hati orang tua dan saudara-saudara lainnya. Tetapi begitu memasuki sekolah,
anak-anak akan dihadapkan kepada kenyataan bahwa untuk memenuhi kebutuhan
individualnya itu tidak semudah yang ia peroleh dirumah. Satu contoh : untuk
memperoleh penghargaan dari guru misalnya, seorang siswa harus berani
menganggalkan sifat egoisnya dan mau bergabungnya dengan sebayanya untuk saling
mengembangkan sifat-sifat pergaulannya yang didasari rasa simpati dan empati.
Belum lagi adanya berbagai tata tertib dan aturan sekolah yang mungkin
dirasanya sebagai penghalang kebebasannya dalam berperilaku.
Bagi siswa yang telah terbina secara
baik melalui pendidikan informasi dirumah seperti melalui pendidikan sopan
santun, pendidikan agama yang memadai, maka keadaan di sekolah yang demikian
diwarnai oleh kerasnya kompetisi, kuatnya tuntutan akan kepatuhanterhadap norma
dan aturan bukanlah sumber masalah yang dapat menimbulkan rasa frustasi atau konflik-konflik
lainnya. Mereka ini akan dengan mudah melakukan penyesuaian-penyesuaian
terhadap lingkungannya. Mereka ini akan dengan mudah melakukan
penyesuaian-penyesuaian terhadap lingkungannya tanpa merasa terpaksa
mengorbankan eksistensi dirinya.
Akan tetapi, sesuai dengan prinsip
perkembangan yang diwarnai adanya perbedaan individual, dapatlah dikemukakan
bahwa individu satu itu berbeda dengan individu dalam berbagai aspek
kepribadiannya. Termasuk ke dalamnya adalah kemampuan melakukan penyesuaian diri.
Berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan individu yang hampir kesemuanya
kita dapati berbeda dengan satu individu dengan individu lainnya, pola asuh
yang berbeda karena memang berasal dari latar belakang keluarga yang
berbeda-beda., faktor karakter dan temperamen yang berbeda yang kesemuanya itu
pada gilirannya akan muncul manifestasi penyesuaian diri yang berbeda. Ada
siswa yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah karena memang
bermodalkan hasil belajar dari rumah yang baik. Sebaliknya ada siswa yang tidak
mudah melakukan penyesuaian diri, bahkan sering memusuhi atau dimusuhi oleh
lingkungannya. Karakteristik penyesuaian diri remaja.
Oleh karena fase perkembangan remaja
itu memiliki cirri-ciri khas, maka penyesuaian dirinya pun menunjukkan
kekhususan-kekhususan tertentu selaras dengan tipikal perkembangan kepribadian
remaja.
C. Karakteristik
penyesuaian diri remaja meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.
Penyesuaian diri
terhadap peran dan identitas remaja.
Bersamaan dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada aspek fisik maupun psikis,
remaja sering mengalami krisis peran dan identitas. Para remaja sering
berhadapan dengan fakta bahwa mereka itu bukan lagi anak-anak, sebaliknya belum
bias dikatakan sepenuhnya dewasa. Posisi yang kurang jelas ini mengakibatkan
mereka berjuang keras untuk mendapatkan pengakuan dalam hal peran dan
identitas. Untuk itu pula mereka sering harus menyesuaikan diri dengan
harapan-harapan dan peran yang seharusnya dikehendaki oleh masyarakat.
b.
Penyesuaian diri
remaja terhadap kegiatan belajar.
Masa remaja
boleh dikatakan sebagai masa persiapan memasuki kehidupan manusia dewasa yang
antara lain ditandai dengan usaha mempersiapkan diri memasuki jabatan atau
karier tertentu. Dalam mempersiapkan diri itu, seperti lazimnya pada masyarakat
modern, remaja dituntut oleh kewajiban belajar melalui pendidikan formal. Dalam
kenyataannya, untuk menempuh proses belajar di sekolah itu remaja akan
dihadapkan oleh berbagai situasi dan kondisi yang berkemungkinan dapat
menganggu kelancaran proses belajarnya, seperti : cara guru mengajar, sulitnya
jenis bidang studi tertentu, keterbatasan sarana belajar dan sebagainya.
Keadaan seperti itu akan menuntut kemampuan penyesuaian diri yang positif dan sehat.
c.
Penyesuaian diri
remaja terhadap kehidupan sosial.
Kematangan-kematangan
fungsi seksual remaja acapkali mengakibatkan perkembangan dorongan seksual
semakin mencolok. Secara biologis, merekapun membutuhkan penyaluran dorongan
yang naluriah itu misalnya, secara normatif
hal itu belum dimungkinkan. Faktor-faktor sosiologispun turut
berpengaruh di dalamnya, sebagai misal para remaja bagi anak kota tentu berbeda
dengan anak desa yang relatif lebih
singkat.
Hal itu
berarti pula bahwa remaja dituntut untuk menyesuaikan dorongan seksualnya dalam
batas-batas yang bisa diterima oleh lingkungannya, sehingga diharapkan terbebas
dari kecemasan psikoseksual.
d.
Penyesuaian diri
remaja terhadap norma-norma sosial
Masyarakat
pada umumnya mempunyai ukuran-ukuran yang dijadikan standar baik-buruk, hokum
dan adat istiadat. Remaja pada dasarnya juga anggota dari himpunan masyarakat
yang sudah tentu akan dikenal pula dengan konsekuensi itu.
Perkembangan
masa remaja yang cenderung membentuk masyarakat tersendiri, seringkali memiliki
kesepakatan aturan tersendiri yang kurang dipahami oleh lingkungan masyarakat
diluar kelompok remaja. Dalam hal ini penyesuaian diri remaja terhadap norma
sosial mengarah kepada dua dimensi. Pada suatu dimensi remaja bagaimanapun
ingin diakui, oleh karena itu ia harus mengindentifikasikan dan
menginternalisasikan sistem nilai yang berlaku di masyarakat. Pada dimensi
kedua, ada kecenderungan remaja ingin bebas menciptakan sistem nilai sendiri
yang mereka anggap lebih cocok dengan dinamika kehidupan remaja.
e.
Penyesuaian diri
remaja terhadap penggunaan waktu luang dan uang.
Waktu luang
bagi remaja merupakan kesempatan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Ada
kecenderungan kebutuhan remaja dipenuhi dalam bentuk kebebasan melakukan
berbagai aktifitas yang disukainya tanpa mempertimbangkan kemanfaatan. Pada
sisi yang lain, remaja pun tidak dapat lepas dari berbagai tanggung jawab
sosial dan pribadinya. Perbedaan dua kepentingan ini pada gilirannya akan
mewarnai cirri penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan waktu luang.
Disamping
itu, ada gejala lain yaitu kecenderungan remaja untuk menuntut otonomi dalam
pengelolahan uang pribadinya. Disatu pihak karena umumnya remaja itu belum
mendapatkan nafkah dan karenanya ia harus tunduk dan budget dari orang tuanya.
Sementara pada pihak lain, rangsangan dan tawaran yang sifatnya konsumtif
sering menciptakan jenis-jenis kebutuhan baru yang harus dipenuhi. Dalam hal
inilah, diperlukan penyesuaian-penyesuaian yang proposional oleh para remaja
dan untuk itu dibutuhkan sikap yang realitas dan cara berpikir rasional setaraf
perkembangan kepribadian mereka.
f.
Penyesuaian diri
remaja terhadap frustasi konflik dan kecemasan.
Tidak semua
kebutuhan dan keinginan remaja dapat terpenuhi. Tidak jarang terjadi antara
cara pemenuhan kebutuhan dan norma masyarakat tidak bersesuaian. Akibatnya,
reaksi yang muncul adalah frustasi, konflik dan kecemasan. Strategi yang
biasanya digunakan remaja untuk meredam gejala tersebut, biasanya adalah
mekanisme pertahanan ego, seperti kompensasi, rasionalisasi, proyeksi,
sublimasi, identifikasi, regresi, fiksasi ataupun isolasi.
Cara-cara
tersebut ada yang cenderung bersifat negatif bagi perkembangan psikologis,
remaja karena akan membentuk kepribadian yang tidak sehat (suka menghindari
kenyataan, mencari-cari alas an/kambing hitam). Sebaliknya ada yang relatif positif sejauh masih dalam batas-batas
kewajaran dan bersifat sementara (missal : kompensasi yang positif, sublimasi,
identifikasi)
D.
Masalah-masalah dalam penyesuaian diri remaja di
sekolah
Sebagaimana telah diuraikan di muka, dalam hal
kemampuan menyesuaikan diri, remaja itu berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
Perbedaan kemampuan penyesuian diri ini akan tampak nyata pada waktu mereka
memasuki sekolah menengah ( sekolah lanjutan atas). Dalam menghadapi berbagai
persoalan dan situasi baru yang biasanya mendatangkan kesulitan, ada yang
relatif mudah memecahkannya. Sebaliknya tidak sedikit yang tidak mampu
mengatasi permasalahannya yang berakibat munculnya perilaku salah sesuai
seperti : agresif terhadap lingkungan, mengisolir diri, merasa cemas yang
berkepanjangan dan sebagainya.
Berdasarkan
karakteristik penyesuaian diri remaja dan berbagai sifat kompleksitas kehidupan
di sekolah, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai masalah umum
yang diamali remaja dalam proses penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah.
1.
Masalah
pemilihan program studi
Pilihan remaja terhadap jenis program studi di sekolah
lanjutan Atas sering kali tergantung kepada kemauan orang tua pada satu pihak
dan kepada keputusan sekolah dilain pihak, tanpa mempertimbangkan keinginan dan
sikap remajasendiri. Ketergantungan kedua pihak tersebut sering menjadikan remaja
tidak pernah mempersiapkan diri untuk suatu program studi apa bagi jenis
pekerjaan itu. Akan tetapi kenyataannya bahwa siap atau tidak siap siswa harus
menempuh penjaluran program studi tertentu. Akibatnya, tidak sedikit siswa yang
merasa tidak mampu menyesuaikan diri dengan jurusan program studinya karena
tidak adanya kecocokan-kecocokan. Bagi mereka ini, akibatnya yang timbul adalah
melemahnya motivasi belajar, prestasi yang buruk bahkan dapat menjadikan
kegagalan seperti tidak naik kelas.
2.
Masalah
menemukan cara dan menumbuhkan kebiasaan belajar yang baik
Banyak
siswa yang mengalami kesulitan belajar yang berkenaan dengan tidak tersedianya
tempat belajar yang memadai, kurang mampu membagi waktu untuk belajar, tidak
menemukan cara belajar yang praktis dan efisien. Bagi siswa yang demikian,
penyesuaian diri terhadap cara dan kebiasaan belajar merupakanpermasalahan yang
serius. Bagaimanapun, agar dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, maka
faktor-faktor seperti cara dan kebiasaan belajar harus diusahakan sedemikian
efektif dan efisien. Usaha yang berkenaan dengan penyesuaian diri ini bisa
dilakukan secara autoplastis misalnya : karena merasa kuran pandai maka ia
meninggalkan kebiasaannya belajar sendiri dan menggantikannya dengan belajar
kelompok bersama-sama teman-temannya yang pandai. Sebaliknya secara
alloplastis, contohnya: karena ia sukar menghafal rumus-rumus matematika, maka
dibuatnya catatan-catatan rumus yang selalu dibawanya kemana-kemana untuk
dibacanya setiap kali ada kesempatan.
3.
Masalah
penyesuaian terhadap kurikulum di sekolah
Perkembangan
dewasa ini menunjukan bahwa kurikulum di sekolah atas demikian syarat muatan.
Tidak jarang kita lihat betapa beratnya para siswa dalam mengejar target yang
telah digariskan oleh para guru. Syaratnya muatan kurikulum pada satu sisi
merupakan keharusan bagi sekolah dalam mengantisipasi dan mengakomodasi
kemajuan ilmu pengetahuan, sementara pada sisi lain akan menjadi beban bagi
siswa. Para siswa dengan kelebihan dan keterbatasan mereka dituntut untuk
menyesuaikan diri . padahal tidak setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar
karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan kurikulum di sekolah. Ini
sering terlihat, misalnya pada rendahnya hasil evaluasi belajar tingkat
nasional pada sekolah-sekolah tertentu.
4.
Masalah
penyesuaian diri terhadap pergaulan sesama teman
Banyak
siswa baru di sekolah menengah yang merasa cemas dan takut menghadapi
teman-teman baru dalam lingkungan yang baru pula . mereka jangan-jangan tidak
dapat diterima dikalangan teman-temannya. Demikian pula ada kecemasan lantaran
tidak bisa mengikuti dan memahami kemauan teman-temannya
Beraneka
ragamnya kepribadian siswa disekolah sebagaimana tampak pada bermacam-macam
corak perilaku mereka, menuntut kemampuan penyesuaian yang tinggi dari seorang
siswa .sikap-sikap mengerti/ memahami perasaan teman lain. Menerimanya
sebagaimana adanya toleransi merupakan sesuatu yang menjadi modal penyesuaian
diri di sekolah.
Pemasalahan
adalah bahwa siswa menengah yang notabenya masih dalam taraf perkembangan
remaja pada umumnya masih terbawa-bawa sifat egois , misalnya lebih ingin
banyak diperhatikan, dipahami, diterima dan ditolelir daripada melakukan hal
yang sebaliknya. Disamping itu , emosi yang belum stabil sering mudah terbakar
oleh tiadanya tenggang rasa atau disebabkan oleh kesalahpahaman.
Kasus-kasus
perkelahian antar pelajar yang sering terjadi hanya dikota-kota besar merupakan
contoh kekurangmampuan remaja dalam penyesuaian diri terhadap pergaulan intern
dan antar sekolah. Yang terjadi adalah bahwa penyebab sering bersumber kepada
solidaritas yang membuta, penilaian harga diri yang berlebihan, fanatisme
terhadap sekolah yang terlalu kuat, yang kesemuanya itu jelas bukan
mencerminkan karakteristik penyesuaian diri yang positif atau sehat.
5. Masalah penyesuaian terhadap hubungan dengan guru
Berbeda
dengan pada waktu duduk di sekolah dasar yang menganut sistem guru kelas, di
sekolah menengah siswa mulai diperkenalkan dengan sistem guru bidang studi.
Perbedaan ini sudah tentu sangat banyak mempengaruhi corak hubungan siswa
dengan guru. Pada waktu di sekolah dasar, karena hanya mengenal seorang guru
kelas sepanjang tahun ajaran, siswa relative tidak begitu mengalami masalah
dengan karakter kepribadian gurunya.
Sekarang
setelah ia memasuki sekolah menengah siswa dihadapkan dengan kenyataan bahwa
untuk menempuh sejumplah bidang studi ia harus berhadapan dengan sejumplah
karakter kepribadian yang tidak sama. Ada guru yang peamah, ada guru yang
sangat keras dalam menegakkan disiplin, ada guru yang mahir dalam memberikan
pelajaran, ada pula guru yang kurang begitu mahir dalam menanamkan
pengertian-pengertian bahan pelajaran ke dalam benak siswa, dan sebagainya.
Adanya
kenyataan demikian mengharuskan siswa untuk lebih mengembangkan kemampuan
penyesuaian diridengan tuntutan, harapan dan corak kepribadian guru di sekolah.
Apabila tidak, tidak mustahil akan menjadikan sumber konflik hubungan
guru-siswa yang pada gilirannya justru akan merugikan kepentingan siswa
sendiri. Siswa dapat menjadikan benci kepada gurunyayang barang kali akan
berpengaruh terhadap minatnya kepada bidang studi yang diajarkan. Minat yang
rendah disebabkan karena perasaan tidak suka kepada guru yang pada akhirnya
menyebabkan kesulitan belajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan
pada diri sendiri dan pada lingkunganya.
Penyesuaian diri adalah suatu proses dan salah satu ciri
pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki kemampuan untuk
mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungannya.
B. Saran
Menurut
kelompok kami seharusnya orang tua memahami keadaan anaknya sehingga orang tua
mampu mengarahkan anak remajanya menuju penyesuaian diri yang tepat. Selain itu
orang tua juga harus peduli dengan semua faktor seperti faktor
lingkungan, faktor psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga mempengaruhi
proses penyesuaian diri remaja
DAFTAR PUSTAKA