Minggu, 01 Juni 2014

Penyesuaian Diri Remaja

Penyesuaian Diri Remaja


Disusun untuk memenuhi tugas Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu :
Rahmat Djatun, M.Pd.
 
Disusun oleh :

Dewi Prayekti                    13120402



JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat padawaktunya yang berjudul “Penyesuaian Diri Remaja” .
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang  apa saja permasalahan-permasalahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian  remaja.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir . Semoga Allah SWT meridhai segala usaha kita. Amin.


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………..…………………..……………..………...  i
DAFTAR ISI…………………………..………………………………….……. ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………..……………..……..  1
A.    Latar Belakang ……………………………..………………….…….…. 1
B.     Rumusan Masalah…………………………..……………………….…………….. 1
C.     Tujuan ………………………..…………………………..…………. … 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………….…………..…..  2
A.    Pengertian penyesuaian diri……………………………………..……… 2
B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri……...…….  2
a.       Faktor internal……………………………………..………..…….. 2
b.      Faktor eksternal…………………………………..………..……… 3
C.     Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri remaja……………….... 5
D.    Karakteristik-karakteristik penyesuaian diri remaja…….……...…...…... 8
E.     Masalah-masalah yang timbul dalamn penyesuaian diri disekolah…..… 10
BAB III PENUTUP…………………………………………….……………..… 13
A.    KESIMPULAN…………………………………….…………………… 13
B.     SARAN …………………………...……………...…………………..… 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….……..14










BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kondisi fisik, mental dan emosional seseorang  dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif dengan tujuan dan aktifitas yang berkesinambungan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya.. Untuk lebih jelasnya marilah kita tinjau secara lebih rinci pengertian dan proses penyesuaian diri, karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi  serta permasalahan-permasalahan yang timbul pada proses penyesuaian diri remaja.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian penyesuaian diri remaja?
2.      dan saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri bagi peserta didik?
3.      Apa sajakah Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri remaja?
4.      Apa sajakah karakteristik-karakteristik penyesuaian diri remaja?
5.      Apa sajakah masalah-masalah yang timbul dalam penyesuaian diri disekolah?
C.     Tujuan
Dalam penulisan makalah ini , memiliki tujuan :
1.      Untuk mengetahui pengertian penyesuaian diri remaja
2.       Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri
3.      Untuk mengetahui apa sajakah Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri remaja
4.      Untuk mengetahui apa sajakah karakteristik-karakteristik penyesuaian diri remaja
5.      Untuk mengetahui apa sajakah masalah-masalah yang timbul dalam penyesuaian diri disekolah

BAB III
PEMBAHASAN
A.    Pengertian proses penyesuaian diri
Penyesuaian diri dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut :
  1. Penyesuaian berarti adaptasi: dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa “survive” dan memperbolehkan kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan.
  2. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip..
  3. Penyesuaian dapat diartikan penguasa dan kematangan emosional yang tepat pada setiap situasi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkunganya.

B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
Pada dasarnya proses penyesuaian diri individu umumnya dan remaja khususnya dipengaruhi oleh internal dan eksternal.
1.   Faktor-faktor Internal

a.       Motif-motif sosial
            Motif-motif sosial seperti motif berafiliasi (bergabung dengan kelompok).motif berprestasi dan motivasi melakukan dominasi merupakan motif-motif yang potensial dalam mendorong individu untuk bekerja sama dengan orang lain dan kengaktualisasikan kemampuan. Ketiga jenis motif tersebut, terutama motif berafiliasi berpengaruh terhadap penyesuaian diri. Menurut Atkinson (1958),orang yang mempunyai motif berafiliasi yang tinggi mempunyai dorongan untuk membuah hubungan dengan orang lain karena ada keinginan untuk di sukai dan untuk di terima dan akan selalu berusaha supaya hubungan tersebut tetap ada.
b.       Konsep diri
            Konsep diri adalah bagaimana cara seseorang memandang terhadap dirinya sendiri, baik itu mencakup aspek fisik, psikologis, sosial maupun aspek kepribadian yang lain. Seseorang remaja mempunyai konsep diri yang tinggi lebih mempunyai kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri yang positif dari pada mereka yang mempunyai konsep diri rendah.

c.       Persepsi
            Persepsi adalah pengamatan dan penilaian seseorang terhadap objek peristiwa dan realitas kehidupan, baik itu melalui proses kognisi atau afeksi untuk membentuk konsep tersebut. Persepsi yang sehat mempengaruhi pengolahan pengalaman dan belajar dalam kehidupan secara terus-menerus, meningkatkan keaktifan, kedinamisan dan kesadaran terhadap lingkungannya. Bila remaja memiliki dasar-dasar persepsi yang sehat maka akan mengaktifkan proses sosialnya.
d.      Sikap remaja
            Sikap disini berarti kecenderungan untuk bereaksi kearah hal-hal yang positif atau negatif. Remaja yang bersikap positif terhadap sesuatu hal,akan memiliki dasar penyesuaian diri yang baik dibanding dengan mereka yang bersikap negatif atau suka menyangkal tatana yang sudah mapan.
e.       Inteligensi dan minat
            Inteligensi merupakan modal untuk melakukan aktivitas menalar, menganalisis dan menyimpulkan berdasar argumentasi  yang objektif-rasional sehingga dapat menjadi dasar dalam menyesuaikan diri. Didukung dengan faktor minat maka proses penyesuaian diri akan berlangsung lebih efektif.
f.       Kepribadian
            Faktor kepribadian disini mengacu pada tipe-tipe kepribadian remaja.tipe kepribadian ekstrovert akan lebih mudah dinamis, lebih mudah menyesuaikan diri dibandingkan dengan tipe kepribadian introvert yang kaku dan statis. Pribadi yang “well balance” akan lebih mudah menerima dan diterima dalam lingkungan tertentu di bandingkan pribadi yang des equilibrium” yang cenderung sulit mengerti dan di mengerti. Sehingga orang-orang dengan kepribadian yang terakhir disebut itu banyak mengalami hambatan dalam melakukan penyesuaian pribadi.



2.   Faktor-faktor Eksternal

a.       Keluarga dan pola asuh
            Pada dasarnya, pola asuh demokratis dengan suasana keluarga yang diliputi keterbukaan lebih memberikan peluang bagi remaja untuk melakukan proses penyesuaian diri secara efektif di bandingkan dengan pola asuh keluarga yang otoriter maupun pola asuh yang penuh kebebasan. Demikian juga keluarga yang sehat utuh akan lebih memberi pengaruh positif penyesuaian diri remaja di bandingkan keluarga yang retak.
b.      Kondisi sekolah
            Kondisi sekolah yang sehat dimana remaja merasa betah dan bangga terhadap sekolahnya memberikan dasar bagi remaja untuk berperilaku menyesuaikan diri secara harmonisdi masyarakat. Sebaliknya, kondisi sekolah yang kurang sehat dimana remaja mereka tidak betah, kurang menyukai guru-gurunya sering terjadi pelanggaran hukum, perkelahian dan sebagainya maka akan berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri siswanya.
c.       Kelompok sebaya
            Hampir setiap remaja memiliki teman-teman n-kegiatsebaya dalam bentuk kelompok. Kelompok-kelompok teman sebaya ini ada yang dinilai menguntungkan bagi perkembangan diri remaja tapi sebaliknya ada yang justru menghambat. Kelompok akan menguntungkan apabila kegiatan-kegiatan bersama terarah, terprogram dan dapat dipertanggung jawabkan secara psikologis,sosial dan moral. Sebaliknya apabila kelompok sebaya yang terbentuk tidak berkepastian dalam tujuan, cenderung mengacau, membuat gaduh melakukan berbagai pelanggaran yang merugikan masyarakat maka jelas akan menghambat proses-proses penyesuaian diri remaja yang ada di dalamnya.
d.      Prasangka normal
            Prasangka sosial yang di maksud dalam hal ini adalah adanya kecenderungan sebagian masyarakat kita yang menaruh prasangka terhadap kehidupan para remaja. Sebagai contoh adalah dengan kecenderungan memberi label kepada si remaja sebagai sukar diatur,pemberontak,generasi santai,semau gue,dekadensi moral dan sebagainya. Prasangka sosial semacam itu tidak saja menjadi faktor kendala penyesuaian diri remaja tetapi justru akan memperdalam jurang kesenjangan bahkan merupakan sumber frustasi dan konflik bagi remaja.
e.       Faktor hukum dan norma sosial
            Hukum dan norma sosial yang di maksud disini adalah pelaksanaan tegaknya hukum dan norma-norma dalam masyarakat.apabila dalam suatu masyarakat hukum dan norma-norma sosialternyata hanya”slogan” artinya tidak di tegakkan sebagaimana mestinya,maka bukan tidak mungkin akan memunculkan individu-individu yang salah suai.sebaliknya,apabila suatu masyarakat benar-benar konsekuen menegakkan hukum dan norma-norma yang berlaku niscaya memberi iklim bagi timbulnya well-adjuted.
B. Permasalahan-permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
            Diantara persoalan terpenting yang dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua.
            Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga.contoh sikap orang tua yang menolak.penolakan orang tua terhadap anaknya dapat dibagi menjadi dua macam.pertama, penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal,dimana orang tuamerasa tidak sayang kepada anaknya karena berbagai sebab,mereka tidak menghendaki kelahirannya. Menurut Boldwyn yang dikutip oleh Zakiah Darajat (1983) : “bapak yang menolak anaknya berusaha menundukkan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,karena itu ia mengambil ukuran kekerasan ,kekejaman tanpa alasan nyata. ” Jenis kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan anak.contoh:orang tua memberi tugas kepada anaknya berbarengan dengan rencana untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya.
            Hasil dari kedua macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri,cenderung untuk menghabiskan waktunya diluar rumah.terutama pada gadis-gadis mungkin akan terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah diluar rumah tangganya sendiri akan lebih baik dari pada rumahnya sendiri.disamping itu sikap orang tua yang memberikan perlindungan yang berlebihan akibatnya juga tidak baik.remaja yang mendapatkan pemeliharaan yang berlebihan kepadanya, menyebabkan ia juga mengharapkan bantuan dan perhatian dari orang lain dan ia berusaha menarik perhatian mereka serta menyangka bahwaperhatian seperti itu adalah haknya.
            Sikap orang tua yang otoriter, yaitu memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan menghambat proses penyesuaian diri remaja.biasanya remaja berusaha untuk menentang kekuasaan orang tua dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter teman-temannya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik disekolah maupun di masyarakat.
            Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang di hadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan keluarga.banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup di dalam rumah tangga yang”retak”, mengalami masalah emosi,tampak padanya ada kecenderungan yang besar untuk marah,suka menyendiri,di samping kurang kepekaan terhadap penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah dibandingkan dengan remaja yang hidup didalam rumah tangga yang wajar.terbukti pula bahwa kebanyakan anak-anak yang di keluarkan dari sekolah karena tidak dapat menyesuaikan diri adalah mereka yang datang dari rumah tangga yang pecah/retak itu.
            Perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan timbulnya rasa iri dalam jiwa anak perempuan terhadap saudaranya yang laki-laki.permasalahan-permasalahan penyesuaian akan muncul bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal.remaja yang keluarganya sering pindah,ia terpaksa akademis,bahkan mungkin ia akan sangat tertinggal dalam pelajaran,karena guru berbeda-beda dalam cara mengajarnya,demikian pula mungkin buku-buku pokok yang dipakainya tidak sama.disamping itu masalah teman remaja,perpindahan ke tempat/masyarakat yang baru,berarti kehilangan teman lama dan terpaksa mencari teman baru.banyak remaja yang mengalami kesulitan dalam mencari/membentuk persahabatan dalam hubungan sosial yang baru.mungkin remaja berhasil baik dalam hubungan disekolah yang lama,ketika pindah ke sekolah yang baru ia menjadi tidak dikenal dan tidak ada yang memperhatikan.disini remaja dituntut untuk dapat lebih mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat yang baru,sehingga ia menjadi bagian dari masyarakat yang baru itu.
            Penyesuaian diri remaja dengan kehidupan disekolah.permasalahan penyesuaian diri di sekolah mungkin akan di timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik disekolah lanjutan pertama maupun sekolah lanjutan atas.
            Hampir sebagian besar waktu dalam kehidupan remaja dihabiskan di lingkungan sekolah.disamping untuk menuntut ilmu pengetahuan, mereka dituntut untuk terlibat dalam proses sosialisasi.proses sosialisasi ini anatara lain berwujud dalam bentuk bergaul dengan sesama teman sekolah dengan para guru, staf administrasi dan pihak-pihak lain. Keadaan ini mau atau tidak mau menuntut proses penyesuaian diri yang baik. Apabila tidak, berbagai konflik akan terjadi yang pada gilirannya berakibat disharmonisasi hubungan sosial.
            Disamping penyesuaian diri terhadap lingkungan psikis, berkenaan dengan proses sosialisasi tersebut, remaja harus pula menyesuaikan dengan lingkungan tidak fisik dan lingkungan kerokhanian di sekolah. Remaja sebagai siswa atau peserta didik akan dihadapkan kepada kenyataan bahwa disekolah itu ada norma dan peraturan yang harus dipatuhi. Ada kesepakatan-kesepakatan sosial yang harus ia internalisasikan sebagai bentuk konformitas terhadap lingkungan.
            Tidak hanya ada waktu memasuki jenjang Sekolah Menengah saja, siswa itu dituntut untuk melakukan penyesuaian diri. Bahkan sejak pertama kali masuk sekolah, seorang siswa sudah dihadapkan pada kenyataan bahwa antara kehidupan sekolah itu berbeda dengan kehidupan di rumah. Kehidupan dirumah barangkali relatif sedikit dalam hal munculnya hambatan-hambatan pemenuhan kebutuhan anak. Semua kebutuhan hampir bias terpenuhi oleh kemudahan yang diberikan oleh anggota lainnya. Misalnya, kebutuhan akan penghargaan, kasih sayang, kebutuhan fisik seperti : makan, minum, pakaian, kebutuhan rasa aman, seringkali mudah tercukupi oleh kemurahan hati orang tua dan saudara-saudara lainnya. Tetapi begitu memasuki sekolah, anak-anak akan dihadapkan kepada kenyataan bahwa untuk memenuhi kebutuhan individualnya itu tidak semudah yang ia peroleh dirumah. Satu contoh : untuk memperoleh penghargaan dari guru misalnya, seorang siswa harus berani menganggalkan sifat egoisnya dan mau bergabungnya dengan sebayanya untuk saling mengembangkan sifat-sifat pergaulannya yang didasari rasa simpati dan empati. Belum lagi adanya berbagai tata tertib dan aturan sekolah yang mungkin dirasanya sebagai penghalang kebebasannya dalam berperilaku.
            Bagi siswa yang telah terbina secara baik melalui pendidikan informasi dirumah seperti melalui pendidikan sopan santun, pendidikan agama yang memadai, maka keadaan di sekolah yang demikian diwarnai oleh kerasnya kompetisi, kuatnya tuntutan akan kepatuhanterhadap norma dan aturan bukanlah sumber masalah yang dapat menimbulkan rasa frustasi atau konflik-konflik lainnya. Mereka ini akan dengan mudah melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap lingkungannya. Mereka ini akan dengan mudah melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap lingkungannya tanpa merasa terpaksa mengorbankan eksistensi dirinya.
            Akan tetapi, sesuai dengan prinsip perkembangan yang diwarnai adanya perbedaan individual, dapatlah dikemukakan bahwa individu satu itu berbeda dengan individu dalam berbagai aspek kepribadiannya. Termasuk ke dalamnya adalah kemampuan melakukan penyesuaian diri. Berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan individu yang hampir kesemuanya kita dapati berbeda dengan satu individu dengan individu lainnya, pola asuh yang berbeda karena memang berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda., faktor karakter dan temperamen yang berbeda yang kesemuanya itu pada gilirannya akan muncul manifestasi penyesuaian diri yang berbeda. Ada siswa yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah karena memang bermodalkan hasil belajar dari rumah yang baik. Sebaliknya ada siswa yang tidak mudah melakukan penyesuaian diri, bahkan sering memusuhi atau dimusuhi oleh lingkungannya. Karakteristik penyesuaian diri remaja.
            Oleh karena fase perkembangan remaja itu memiliki cirri-ciri khas, maka penyesuaian dirinya pun menunjukkan kekhususan-kekhususan tertentu selaras dengan tipikal perkembangan kepribadian remaja.
C.    Karakteristik penyesuaian diri remaja meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.    Penyesuaian diri terhadap peran dan identitas remaja.
Bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada aspek fisik maupun psikis, remaja sering mengalami krisis peran dan identitas. Para remaja sering berhadapan dengan fakta bahwa mereka itu bukan lagi anak-anak, sebaliknya belum bias dikatakan sepenuhnya dewasa. Posisi yang kurang jelas ini mengakibatkan mereka berjuang keras untuk mendapatkan pengakuan dalam hal peran dan identitas. Untuk itu pula mereka sering harus menyesuaikan diri dengan harapan-harapan dan peran yang seharusnya dikehendaki oleh masyarakat.
b.   Penyesuaian diri remaja terhadap kegiatan belajar.
Masa remaja boleh dikatakan sebagai masa persiapan memasuki kehidupan manusia dewasa yang antara lain ditandai dengan usaha mempersiapkan diri memasuki jabatan atau karier tertentu. Dalam mempersiapkan diri itu, seperti lazimnya pada masyarakat modern, remaja dituntut oleh kewajiban belajar melalui pendidikan formal. Dalam kenyataannya, untuk menempuh proses belajar di sekolah itu remaja akan dihadapkan oleh berbagai situasi dan kondisi yang berkemungkinan dapat menganggu kelancaran proses belajarnya, seperti : cara guru mengajar, sulitnya jenis bidang studi tertentu, keterbatasan sarana belajar dan sebagainya. Keadaan seperti itu akan menuntut kemampuan penyesuaian diri yang positif dan sehat.
c.    Penyesuaian diri remaja terhadap kehidupan sosial.
     Kematangan-kematangan fungsi seksual remaja acapkali mengakibatkan perkembangan dorongan seksual semakin mencolok. Secara biologis, merekapun membutuhkan penyaluran dorongan yang naluriah itu misalnya, secara normatif  hal itu belum dimungkinkan. Faktor-faktor sosiologispun turut berpengaruh di dalamnya, sebagai misal para remaja bagi anak kota tentu berbeda dengan anak desa yang relatif  lebih singkat.
     Hal itu berarti pula bahwa remaja dituntut untuk menyesuaikan dorongan seksualnya dalam batas-batas yang bisa diterima oleh lingkungannya, sehingga diharapkan terbebas dari kecemasan psikoseksual.
d.   Penyesuaian diri remaja terhadap norma-norma sosial
     Masyarakat pada umumnya mempunyai ukuran-ukuran yang dijadikan standar baik-buruk, hokum dan adat istiadat. Remaja pada dasarnya juga anggota dari himpunan masyarakat yang sudah tentu akan dikenal pula dengan konsekuensi itu.
     Perkembangan masa remaja yang cenderung membentuk masyarakat tersendiri, seringkali memiliki kesepakatan aturan tersendiri yang kurang dipahami oleh lingkungan masyarakat diluar kelompok remaja. Dalam hal ini penyesuaian diri remaja terhadap norma sosial mengarah kepada dua dimensi. Pada suatu dimensi remaja bagaimanapun ingin diakui, oleh karena itu ia harus mengindentifikasikan dan menginternalisasikan sistem nilai yang berlaku di masyarakat. Pada dimensi kedua, ada kecenderungan remaja ingin bebas menciptakan sistem nilai sendiri yang mereka anggap lebih cocok dengan dinamika kehidupan remaja.
e.    Penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan waktu luang dan uang.
     Waktu luang bagi remaja merupakan kesempatan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Ada kecenderungan kebutuhan remaja dipenuhi dalam bentuk kebebasan melakukan berbagai aktifitas yang disukainya tanpa mempertimbangkan kemanfaatan. Pada sisi yang lain, remaja pun tidak dapat lepas dari berbagai tanggung jawab sosial dan pribadinya. Perbedaan dua kepentingan ini pada gilirannya akan mewarnai cirri penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan waktu luang.
     Disamping itu, ada gejala lain yaitu kecenderungan remaja untuk menuntut otonomi dalam pengelolahan uang pribadinya. Disatu pihak karena umumnya remaja itu belum mendapatkan nafkah dan karenanya ia harus tunduk dan budget dari orang tuanya. Sementara pada pihak lain, rangsangan dan tawaran yang sifatnya konsumtif sering menciptakan jenis-jenis kebutuhan baru yang harus dipenuhi. Dalam hal inilah, diperlukan penyesuaian-penyesuaian yang proposional oleh para remaja dan untuk itu dibutuhkan sikap yang realitas dan cara berpikir rasional setaraf perkembangan kepribadian mereka.
f.    Penyesuaian diri remaja terhadap frustasi konflik dan kecemasan.
     Tidak semua kebutuhan dan keinginan remaja dapat terpenuhi. Tidak jarang terjadi antara cara pemenuhan kebutuhan dan norma masyarakat tidak bersesuaian. Akibatnya, reaksi yang muncul adalah frustasi, konflik dan kecemasan. Strategi yang biasanya digunakan remaja untuk meredam gejala tersebut, biasanya adalah mekanisme pertahanan ego, seperti kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi, fiksasi ataupun isolasi.
                       Cara-cara tersebut ada yang cenderung bersifat negatif bagi perkembangan psikologis, remaja karena akan membentuk kepribadian yang tidak sehat (suka menghindari kenyataan, mencari-cari alas an/kambing hitam). Sebaliknya ada yang relatif  positif sejauh masih dalam batas-batas kewajaran dan bersifat sementara (missal : kompensasi yang positif, sublimasi, identifikasi)

D.    Masalah-masalah dalam penyesuaian diri remaja di sekolah
                 Sebagaimana telah diuraikan di muka, dalam hal kemampuan menyesuaikan diri, remaja itu berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Perbedaan kemampuan penyesuian diri ini akan tampak nyata pada waktu mereka memasuki sekolah menengah ( sekolah lanjutan atas). Dalam menghadapi berbagai persoalan dan situasi baru yang biasanya mendatangkan kesulitan, ada yang relatif mudah memecahkannya. Sebaliknya tidak sedikit yang tidak mampu mengatasi permasalahannya yang berakibat munculnya perilaku salah sesuai seperti : agresif terhadap lingkungan, mengisolir diri, merasa cemas yang berkepanjangan dan sebagainya.
           Berdasarkan karakteristik penyesuaian diri remaja dan berbagai sifat kompleksitas kehidupan di sekolah, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai masalah umum yang diamali remaja dalam proses penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah.
1.   Masalah pemilihan program studi
Pilihan remaja terhadap jenis program studi di sekolah lanjutan Atas sering kali tergantung kepada kemauan orang tua pada satu pihak dan kepada keputusan sekolah dilain pihak, tanpa mempertimbangkan keinginan dan sikap remajasendiri. Ketergantungan kedua pihak tersebut sering menjadikan remaja tidak pernah mempersiapkan diri untuk suatu program studi apa bagi jenis pekerjaan itu. Akan tetapi kenyataannya bahwa siap atau tidak siap siswa harus menempuh penjaluran program studi tertentu. Akibatnya, tidak sedikit siswa yang merasa tidak mampu menyesuaikan diri dengan jurusan program studinya karena tidak adanya kecocokan-kecocokan. Bagi mereka ini, akibatnya yang timbul adalah melemahnya motivasi belajar, prestasi yang buruk bahkan dapat menjadikan kegagalan seperti tidak naik kelas.
2.   Masalah menemukan cara dan menumbuhkan kebiasaan belajar yang baik
         Banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar yang berkenaan dengan tidak tersedianya tempat belajar yang memadai, kurang mampu membagi waktu untuk belajar, tidak menemukan cara belajar yang praktis dan efisien. Bagi siswa yang demikian, penyesuaian diri terhadap cara dan kebiasaan belajar merupakanpermasalahan yang serius. Bagaimanapun, agar dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, maka faktor-faktor seperti cara dan kebiasaan belajar harus diusahakan sedemikian efektif dan efisien. Usaha yang berkenaan dengan penyesuaian diri ini bisa dilakukan secara autoplastis misalnya : karena merasa kuran pandai maka ia meninggalkan kebiasaannya belajar sendiri dan menggantikannya dengan belajar kelompok bersama-sama teman-temannya yang pandai. Sebaliknya secara alloplastis, contohnya: karena ia sukar menghafal rumus-rumus matematika, maka dibuatnya catatan-catatan rumus yang selalu dibawanya kemana-kemana untuk dibacanya setiap kali ada kesempatan.
3.   Masalah penyesuaian terhadap kurikulum di sekolah
Perkembangan dewasa ini menunjukan bahwa kurikulum di sekolah atas demikian syarat muatan. Tidak jarang kita lihat betapa beratnya para siswa dalam mengejar target yang telah digariskan oleh para guru. Syaratnya muatan kurikulum pada satu sisi merupakan keharusan bagi sekolah dalam mengantisipasi dan mengakomodasi kemajuan ilmu pengetahuan, sementara pada sisi lain akan menjadi beban bagi siswa. Para siswa dengan kelebihan dan keterbatasan mereka dituntut untuk menyesuaikan diri . padahal tidak setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan kurikulum di sekolah. Ini sering terlihat, misalnya pada rendahnya hasil evaluasi belajar tingkat nasional pada sekolah-sekolah tertentu.

4.   Masalah penyesuaian diri terhadap pergaulan sesama teman
Banyak siswa baru di sekolah menengah yang merasa cemas dan takut menghadapi teman-teman baru dalam lingkungan yang baru pula . mereka jangan-jangan tidak dapat diterima dikalangan teman-temannya. Demikian pula ada kecemasan lantaran tidak bisa mengikuti dan memahami kemauan teman-temannya
Beraneka ragamnya kepribadian siswa disekolah sebagaimana tampak pada bermacam-macam corak perilaku mereka, menuntut kemampuan penyesuaian yang tinggi dari seorang siswa .sikap-sikap mengerti/ memahami perasaan teman lain. Menerimanya sebagaimana adanya toleransi merupakan sesuatu yang menjadi modal penyesuaian diri di sekolah.
Pemasalahan adalah bahwa siswa menengah yang notabenya masih dalam taraf perkembangan remaja pada umumnya masih terbawa-bawa sifat egois , misalnya lebih ingin banyak diperhatikan, dipahami, diterima dan ditolelir daripada melakukan hal yang sebaliknya. Disamping itu , emosi yang belum stabil sering mudah terbakar oleh tiadanya tenggang rasa atau disebabkan oleh kesalahpahaman.
Kasus-kasus perkelahian antar pelajar yang sering terjadi hanya dikota-kota besar merupakan contoh kekurangmampuan remaja dalam penyesuaian diri terhadap pergaulan intern dan antar sekolah. Yang terjadi adalah bahwa penyebab sering bersumber kepada solidaritas yang membuta, penilaian harga diri yang berlebihan, fanatisme terhadap sekolah yang terlalu kuat, yang kesemuanya itu jelas bukan mencerminkan karakteristik penyesuaian diri yang positif atau sehat.

5.   Masalah penyesuaian terhadap hubungan dengan guru
Berbeda dengan pada waktu duduk di sekolah dasar yang menganut sistem guru kelas, di sekolah menengah siswa mulai diperkenalkan dengan sistem guru bidang studi. Perbedaan ini sudah tentu sangat banyak mempengaruhi corak hubungan siswa dengan guru. Pada waktu di sekolah dasar, karena hanya mengenal seorang guru kelas sepanjang tahun ajaran, siswa relative tidak begitu mengalami masalah dengan karakter kepribadian gurunya.
Sekarang setelah ia memasuki sekolah menengah siswa dihadapkan dengan kenyataan bahwa untuk menempuh sejumplah bidang studi ia harus berhadapan dengan sejumplah karakter kepribadian yang tidak sama. Ada guru yang peamah, ada guru yang sangat keras dalam menegakkan disiplin, ada guru yang mahir dalam memberikan pelajaran, ada pula guru yang kurang begitu mahir dalam menanamkan pengertian-pengertian bahan pelajaran ke dalam benak siswa, dan sebagainya.
Adanya kenyataan demikian mengharuskan siswa untuk lebih mengembangkan kemampuan penyesuaian diridengan tuntutan, harapan dan corak kepribadian guru di sekolah. Apabila tidak, tidak mustahil akan menjadikan sumber konflik hubungan guru-siswa yang pada gilirannya justru akan merugikan kepentingan siswa sendiri. Siswa dapat menjadikan benci kepada gurunyayang barang kali akan berpengaruh terhadap minatnya kepada bidang studi yang diajarkan. Minat yang rendah disebabkan karena perasaan tidak suka kepada guru yang pada akhirnya menyebabkan kesulitan belajar.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkunganya.
Penyesuaian diri adalah suatu proses dan  salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
B.     Saran
Menurut kelompok kami seharusnya orang tua memahami keadaan anaknya sehingga orang tua mampu mengarahkan anak remajanya menuju penyesuaian diri yang tepat. Selain itu orang tua juga harus peduli dengan semua faktor seperti faktor lingkungan, faktor psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja









DAFTAR PUSTAKA